Kitapun juga mengalami hal demikian. Kadang kita menjadi terlalu sensitif, tiba-tiba merasa segalanya serba salah dan tidak ada yang benar sama sekali. Namun, di saat yang lain, kita begitu mudah memaafkan, begitu lapang hati kita, hingga godaan dan perbuatan usil anak-anak kita, senakal apapun begitu mudah kita lupa. Begitu mudah kita memaafkannya.
Pak-bu, ayah-bunda, abi-umi demikianlah kita , termasuk anak-anak kita sudah dirancang oleh Allah SWT, dibolak-balikkan hati-hati kita oleh-Nya. Suatu saat kita dilapangkan hati-hati kita, namun, disaat yang lain kita disempitkan hati kita. Yang bisa kita lakukan selain berusaha mengenali emosi-emosi kita dan anak-anak kita, belajar mengekspresikan emosi dengan baik, belajar menghormati emosi kita dan anak-anak kita.
Yang terakhir, namun tidak kecil adalah berdoa kepada Dzat yang membolak-balikkan hati manusia, memohon kepada-Nya untuk meneguhkan hati kita, selalu taat pada-Nya, cenderung pada-Nya termasuk meneguhkan hati-hati anak-anak kita sebagaimana yang kita doakan kepada diri kita sendiri.