Buku terbaru

Buku terbaru
Pengantar Kajian Ilmu Kedokteran pada Ibadah Sholat

Thursday, April 14, 2011

...................

Untuk kesekian kalinya aku datang dan akhirnya meninggalkan kota metropolitan ini. Setiap aku mencapai bandara Sukarno-Hatta, aku merasa seakan misiku telah tuntas dan berakhir. Benakku melambung membayangkan kalau diriku sudah sampai kembali ke kota Solo. Bertemu kembali dengan istri dan ke-tiga anakku. Hilmi, Yahya dan Sofiar. Hilmi sudah besar sekarang kelas 5 SD, sementara Yahya baru masuk kelas 1 SD tahun ini dan adiknya Sofiar mau masuk play group. Bersama Hilmi, aku sering tidak menyangka kalau anak itu sudah berfikiran dewasa untuk anak seusianya. Tubuh Hilmi semakin tumbuh menjadi remaja, tingginya sudah mencapai pundakku. Dan aroma keringatnya tidak lagi keringat bayi lagi seperti Yahya atau apalagi seperti Sofiar. Meski begitu aku masih suka menghirup aroma keringat terutama di bagian leher belakangnya. Penguk-penguk tetapi aku senang sekali melakukannya. Demikian juga dengan Yahya dan Sofiar, bahagia rasanya mereka bertiga berebut minta pangku di atas pahaku saat aku sedang mengetik di depan lap top di tempat tidur. Ku ciumi mereka satu-satu. Kalau Yahya, lain lagi, dia masih berbau agak bayi, dari sabun mandi, pasta giginya yang masih sama dengan Sofiar, keringatnya masih agak mirip dengan Sofiar. Tapi dia sudah lebih kompleks mikirnya, sering pula mengingatkan aku, kalau aku tanpa sadar minum sambil berdiri, dia langsung protes.

“Abi, tidak baik minum dengan berdiri” ucapannya yang keluar dari mulutnya yang mungil dengan didukung dahinya yang mengerut terutama, alisnya seolah akan ditemukan di bagian tengah.

“O iya sayang” kataku. Malu juga diingatkan oleh anak yang usianya jauh di bawahku yang juga darah dagingku sendiri.

Kalau Sofiar... aduh anak itu sangat menggemaskan sekali. Mulutnya masih beraroma susu yang manis, bau bayinya masih kuat tersisa. Ngomongnya masih belum sempurna amat. Kadang-kadang bicaranya demikian jelas. Jalannya yang lucu khas bayi yang akan memisahkan diri dari masa kebayiannya menuju masa kanak-kanak pra sekolah. Kebiasaannya yang membuat wujudnya seolah hadir secara vivid di depan mataku adalah caranya dia mengungkapkan kegemasannya.

“Ihhhhhhhh” bibirnya ditegangkan dan dirapatkan seolah-olah akan dilengketkan pada gigi-gigi susunya, serta bola matanya yang berbinar, kemudian tersenyum lepas dan riang. Rambutnya yang tipis dan lembut serta aroma khas shampoo bayi, terbayang betapa aku menikmati kelembutan dan innocent-nya ia.

“ahh..Sofiar... sayang” tanpa kusadari bibirku mendesiskan namanya.

Terlintas pula dalam benak dan emosi cintaku, Gayatri Khoirunnisa, kekasihku, istriku dan manajer rumah tanggaku. Dia telah memberiku semuanya, harapannya, cintanya, keringatnya dan darahnya dalam mengarungi bahtera rumah tangga bersama aku. Mendampingiku saat aku butuh teman berpikir. Mendampingiku saat aku sedang gundah dan saat hatiku sedang sempit. Kesabarannya menghadapi semua yang dia tidak sukai dari diriku, tapi membiarkan semua potensiku mengalir deras tak terbendung. Kehadirannya sejak menikah membuat hidupku menjadi indah penuh warna. Kehadirannya membuat hidupku mengalir bak alunan melodi orkestra yang mengalun merdu penuh harmoni. Menghilangkan semua sepiku, menggugah gelora jiwaku. Menghidupkan cahaya hati, menyinari jalanku. Dia menemaniku dengan sepenuh hati dan jiwanya. Dia seperti matahari dalam tata surya dan matahari bagi bumi rumah tanggaku. Ia pancarkan pesona gravitasinya membuat semua planet-planet termasuk aku dan ketiga anakku berkidmat dalam rumah. Membuat semua orang merasa rindu dan ingin pulang rumah. Kehangatannya membuat air kehidupan mengalir dalam rumah tanggaku. Menumbuhkan benih-benih kasih sayang, membuat ketiga anakku terus tumbuh dan berkembang agar melesat dengan tegar dan kuat menembus tabir nasib kehidupan yang tiada seorang pun yang mampu mengetahui apalagi untuk mengendalikannya.

Adakah ku merasa bahwa semua yang di dunia ini penuh kesempurnaan? Termasuk dengan rumah tangga ku yang telah berjalan demikian jauh. Akhir-akhir ini terasa sekali kesibukan Nisa. Kariernya sebagai penulis semakin berkibar saja, apalagi setelah lulus dari S2 bidang psikologi anak dalam 2 tahun terakhir, semakin memantapkan reputasi keilmuwannya. Tahun depan dia berencana melanjutkan studi ke jenjang S3.

Lamunanku, tiba-tiba pudar ketika sekelompok pilot dan pramugari dengan pakaiannya yang mencolok tapi eye catching, berjalan dengan elegan, menembus kerumunan manusia, bagaikan serumpun bunga tulip berwarna-warni, begitu menonjol keindahannya di atas rumpunan semak-semak yang didominasi warna hijau dan coklat gelap.

“Tampaknya pesawat akan segera diterbangkan” kata dokter Heri

“Mudah-mudahan” sahutku

“Tapi itu tadi kan kostum pramugari Batavia Air kan, bukan Sriwijaya Air”

Akhirnya, walaupun delay satu jam pesawat Sriwijaya Air berangkat juga. Pengumuman keberangkatan seolah seperti komando dari sang komandan, para penumpang tergopoh-gopoh berhambur menuju pintu pengecekan terakhir boarding pass. Mereka laksana air deras yang mengalir menuju pintu sempit. Kalau aku dan dokter Heri sih biasa aja, berjalan santai, toh akhirnya nomor kursi sudah ada di kartu boarding pass.

Pesawat semakin tinggi setelah take off. Mesin itu terus melecut dirinya, mendorong burung besi bermuatan ribuan kilogram itu membelah udara, menembus ketinggian langit, mengantarkan ratusan manusia dan barang mencapai kota Solo. Lewat jendela pesawat, pandanganku menyapu kota Jakarta yang mulai memamerkan pesona indahnya gemerlap kota nan angkuh di malam hari, sembari bergumam dalam hati “10 juta orang di bawah sana, sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri”. Dan perasaan itu mulai muncul. “Dia ada diantara 10 juta orang di bawah sana”

Perasaan itu, menjadi lirih dan tersamar, saat ini. Setelah perjumpaan itu. Setelah kejadian malam itu. Kejadian yang seharusnya bisa aku lupakan.

Seharusnya aku cuek saja dengan sms darinya kalau tempat kosnya dekat dengan hotel tempat aku seminar. Seharusnya aku tidak menaruh perhatian..........

Tuesday, April 12, 2011

Kata Mutiara

"Andai islam seperti sebuah bangunan yg usang yang hampir roboh,maka akan ku berjalan ke seluruh dunia mencari jiwa-jiwa muda.Aku tidak ingin mengutip dengan ramai bilangan mereka, tapi aku inginkan hati-hati yg ikhlas untuk membantuku dan bersama membina kembali bangunan yang usang itu menjadi sebuah bangunan yang tersergam indah"
-As-Shahid Imam Hassan Al-Banna-

Monday, April 11, 2011

bidayah wa nihayah vs begin from the end in mind

memulai dari akhir... mungkin inilah terjemahan bebas untuk dua kalimat asing di atas.. yang satu berbahasa Arab dan yang kedua berbahasa Inggris...
yang berbahasa Arab muncul lebih dahulu karena ia ditulis oleh ulama zaman kira-kira sesudah Imam Syafii sekitar tahun 1000 an masehi
sedangkan yang berbahasa Inggris dipopulerkan oleh Steven R Covey dalam seven habit terus jadi eight habits..
Intinya kita memulai dari akhir kita... yaitu saat kita nanti mati kita itu ingin mati yang seperti apa? Dalam bahasa Covey... siapa saja yang sangat bersedih dengan kepergian kita.. artinya kita harus mempunyai paradigma yang benar tentang arah hidup kita nanti. Setelah paham tentang paradigma hidup... barulah pada prinsip ke dua begin from the end in mind... artinya kita memulai dari paradigma yang ada dalam pikiran kita
Kalo dalam bahasa Bidayah wa Nihayah (saya memahami dari novel ust Habiburrahman El Sirazi) kita memulai dari tujuan akhir kita... kita mau kemana sih dalam hidup kita...
Seringkali kita melangkah hingga terlalu jauh... dan ternyata baru sadar ternyata arah hidup kita yang telah sekian lama lalui ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan...
Karena itu ada dua hal yang harus kita seringkali waspada dan menyadari :
1. Senantiasa mengevaluasi apakah arah perjalanan hidup kita sudah benar atau belum
2. Senantiasa mengevaluasi langkah-langkah yang sudah kita tempuh apakah itu melenceng atau tidak
Selanjutnya kita juga harus memperhatikan apakah dua hal tadi sudah ada sinkronisasi dengan tujuan besar di seluruh perjalanan hidup kita... dan ini adalah yang paling utama... yaitu...mendapatkan RIDHO dari Yang Maha Menciptakan, Yang Maha Hidup, Yang Maha Tunggal, Yang Maha Perkasa serta pemilik Segala Kekuasaan dan Kemuliaan... yaitu Allah SWT..

kebersamaan yang Indah kita

Daisypath Anniversary Years Ticker
zwani.com myspace graphic comments